Retail Telekomunikasi, Sales after Retail Consumer Good & Retail Perbankan

10 08 2007

Dalam bidang Consumer Good, melakukan penjualan secara retail atau eceran sudah hal yang biasa. Banyak perusahaan besar bersaing seperti PT.Unilever dengan berbagai macam produk kebutuhan sehari, PT. Garuda Food, PT. WINGs dan masih banyak lagi, bahkan jaringan retail mereka siapkan dan dibentuk sendiri.

Membuat jaringan sendiri (kompetisi Mie SEDAP vs Mie INDOFOOD) dilakukan karena tingkat persaingan di bisnis ini sangat kuat sehingga perusahaan sekelas Indofood sangat mengusai jaringan retail yang ada. Alasan Wings sangat masuk akal kalau mie SEDAP tetap memakai jaringan yang telah melakukan kerjasama dengan indofood bertahun-tahun maka ia akan di nomor duakan, karena loyalitas penjual pasti tetap akan menjual produk Indofood.

Bisnis perbankan, majalah referensi ekonomi di Indonesia menyebutkan bidang perbankan juga mulai melakukan penjualan secara retail sejak tahun 2004. Obligasi Retail misalnya sangat diunggulkan oleh pihak perbankan untuk menghimpun dana dari masyarakat di kelas menengah, karena biasanya hanya konglomerat tertentu aja yang bisa membeli obligasi dari perbankan. Batas maksimal yang dikenakan kepada pembeli obilgasi retail memungkinkan semua bisa kecipratan.

Tahun 2007 selain Telekomunikasi, bank-bank di Indonesia juga giat memperbesar jaringannya, di kota saya aja ada 2 bank baru yang akan bersaing mengikuti jejak Bank Mandiri, bank BCA, Bank BRI, Bank Mega, Bank Danamon, Bank BTN, Bank BNI, Bank LIPPO, Bank BTPN yang sudah ada duluan.

Bank tertentu membentuk Team Sales Force untuk menawarkan berbagai produk tabungan yang sangat menarik ke desa-desa untuk menarik minat nasabah menabung di bank nya, ada yang sudah termasuk asuransi jiwa, ada yang berhadiah HP untuk tabungan Flat Rp 150.000/bulan, menguntungkan untuk nasabah yang ada di pedesaan yang selama ini cuma mengenal Simpedes atau Tabanas BRI.

Kalau tingkat persaingan consumer good sudah sampai membuat jaringan market tersendiri, namun belum demikian dengan Telekomunikasi, terkadang satu counter HP akan menjadi rebutan berbagai operator untuk menjajakan produknya sehingga tak jarang kalau hari ini Merah besok sudah Kuning atau sebaliknya.

Retail Telekomunikasi sudah pasti akan dilakukan pihak operator untuk dilakukan di tahun ini, beberapa operator baru dari group Sinarmas yang akan launching Agustus tahun 2007 bahkan berani mengusung system MLM kombinasi system Syariah dalam pemasarannya. Excelcomindo dengan strategi Mitra XPLOR dan MGM bahkan berani melakukan system BAGI HASIL hingga 8% kepada perefrensi/penjualnya. Ceria dari Sampoerna Telekom malah dalam pemasaran langsung dari pihak operator dan Distributor, counter HP jarang yang memiliki produk sampoerna “ceria”.

Diawal perkembangan telekomunikasi dari teknologi AMPS ke GSM, booming produk ini (pra Bayarnya) sangat terasa bahkan orang rela antri mulai jam 4 subuh untuk antri kartu perdana yang harganya tidak murah minimal Rp 350 ribu s/d 1 jutaan. Dan di Pasca Bayar dengan harga yang relative murah (Rp 100.000) namun ada biaya abonemen Rp 65.000/bulan tetap saja masyarakat mau antri, walaupun pada awalnya merasa berat juga namun kekuatan presentasi dan follow up salesman operator telekomunikasi besar ini akhirnya masyarakat teredukasi dan menjadi kebutuhan, terbukti sekarang menjadi market leader.

Beberapa tahun kemudian, kita sangat diuntungkan dengan system kolektif corporate misalnya, dengan fasilitas perdana GRATIS dan bebas Abonemen saja, 100 orang pelanggan baru dalam satu perusahaan bisa kita peroleh dengan mudah. Namun beberapa tahun terakhir hampir semua operator mempunyai program yang sama, seiring dengan tumbuhnya bisnis telekomunikasi di tanah air dan merebaknya counter HP di setiap sudut kota maupun desa penjualan secara retail menjadi pilihan.

Pergeseran market seluler dari kelas atas ke menengah ke bawah, menyebabkan jumlah calon pelanggan menjadi bertambah dan merata. Pulsa 5000 bahkan 1000 perak menjadi saksi market seluler memang bergeser. Pemasaran langsung dari operator menjadi alternative seperti yang dilakukan Wings (mie Sedap) ketika ingin merebut pangsa pasar Indofood.

Menjadikan pelanggan sebagai mitra sekaligus pemilik saham seperti yang di lakukan dalam industri MLM tentunya akan membantu pertumbuhan industri telekomunikasi. Disisi lain di kelas pasca bayar, kualifikasi dan parameter kelayakan pelanggan mengalami perubahan semakin di permudah. Hal lain yang menandakan pergeseran di kelas pasca bayar adalah dihapusnya system biaya bulanan/abonemen dengan istilah minimal pemakaian seperti yang dilakukan kartuHALO Telkomsel (minimal pemakaian Rp 25.000; artinya kalau pemakaian kita sebesar Rp 25.000 tentu bayarnya Rp 25.000 saja).

Pemasaran secara retail di bidang telekomunikasi, memang sedang tren dilakukan oleh operator tentu hal ini salah satu upaya untuk memangkas biaya distribusi yang ujungnya untuk lebih memberi nilai tambah kepada pelanggannya.

Terima kasih, sukses !!