Melayani dengan Hati.Never Give Up…

27 05 2008

….Beberapa hari yang lalu sengaja saya “silaturrahmi” ke salah satu teman kecil saya yang kebetulan “downline” dalam sebuah MLM top tanah air. Setelah panjang lebar bercerita sana-sini….saat terakhir beliau bercerita bahwa ia akan pindah keluar kota..beserta semua karyawan perusahaan (Distributor Cunsumer Good) beliau bekerja… alasannya dikota ini terlalu banyak competitor dan sekarang dipindahkan ke pihak lain (saya jadi teringat betapa waktu yang lalu beliau bercerita bahwa posisi nya naik….dan target nya selalu terpenuhi… yah lagi-lagi hitungan perusahaan ternyata berbeda)

Kompetitor dibidang distribusi consumer good tak kalah sengitnya …tak kalah dengan persaingan dibidang telekomunikasi. Adu nafas panjang terjadi setiap hari…tapi akhirnya harus ada yang mengakui kekuatan nafas lawan. Dan mungkin juga kan terjadi di bidang telekomunikasi suatu saat nanti.

Di beberapa tahun kemarin, di perbankan bisa kita lihat ujung-ujungnya banyak terjadi merger antar bank untuk memperkuat pondasi perbankan. Di Consumer Good telah dirasakan sendiri sahabat saya….di telecomunikasi yah sekarangkan masih adu nafas, tunggu saja.

Perang harga biasa dijadikan strategi untuk memenangkan kompetisi, secara logika ini tentu mempengaruhi revenue perusahaan walaupun hal ini bukan satu-satunya penentu kekalahan. Dengan perang harga pasti ada sesuatu yang dikorbankan…entah dipromosi atau branding…bonus…atau point-point vital lainnya.

Mungkin masih ingat dalam benak kita, beberapa perusahaan beberapa waktu lalu juga melakukan perang pelayanan, melayani dengan hati…top brand…top satistifaction…dan sebagainya. Bank Swasta atau negeri, Consumer Good, atau Telekomunikasi namun di tahun ini sepertinya perang harga masih menjadi pilihan utama.

Perang harga dipengaruhi karena kenaikan barang kebutuhan masyarakat karena naiknya harga BBM dunia yang informasinya mencapai $ 120/barell ( Mei 2008).

Namun ada kompetisi yang menarik…di bidang kedokteran kalau di Indonesia mungkin lebih murah tapi kenapa juga banyak pejabat atau pengusaha untuk cek up harus di Singapura yang tentunya harga lebih mahal. Dan ini menjadi “sentilan” wakil presiden agar doker kita lebih banyak menambah “senyum” ke pasiennya, artinya secara kualitas Indonesia tidak kalah dengan dokter luar negeri karena untuk setiap tahun Negara menganggarkan 500 – 700 miliar untuk pendidikan dokter spesialis di Indonesia, dokter luar negeri aja masih ada yang belajar di Indonesia.

Atau dokter tersebut memperbaiki tulisannya ……(sentilan dari Koran Nasional, agar dokter kita bisa bersaing)

Kompetisi memang akan terus berlanjut, Never…Never… Never Give Up

Salam Hebat !!


Aksi

Information

Tinggalkan komentar